Ini bener- bener gaje banget sumpah, Soooo Looo kudu
wajib dan harus mbaca ini semua sampe akhirr gaan...
PERJUANGAN AWALKU DI
GEDUNG UNGU
Di suatu hari yang ... ya bisa dibilang
cukup cerah walaupun tak secerah hatiku (ihirr),
aku melangkahkan kakiku menuju Auditorium Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Makanan apakah itu? Itu bukan makanan sob -_- tapi merupakan sebuah universitas
high class, green living and wonderful place (rada lebay sori, no komen ya :D).
Eiittss.. kita kayaknya belum kenalan deh. Apa? Nggak mau kenalan? Oke fine,
aku rapopo L
Semua perjuangan ini aku awali saat aku
melakukan on desk (baca: daftar ulang) di sebuah gedung megah ber-AC yang konon
bernama Auditorium. Dengan tergepoh- gepoh, kuseretkan kakiku melangkah menuju
gedung megah tersebut, pagi
buta sekali tanpa sesuap nasi pun
(sungguh mengenaskan -__-). Dan di sana
telah banyak makhluk-makhluk berserakan bak pindang berjejer. Dengan muka kusut
binti kucel, aku terpaksa menghampiri kerumunan makhluk tersebut dan mulai
mengantri untuk mendapatkan seonggok
raskin, eh. Maksudku, untuk menyerahkan beberapa data yang dianggap penting bagi kelangsungan
hidupku mendatang.
Awalnya semua berjalan lancer. Namun, setelah aku kembali dari
tempat fotokopian, semuanya berantakan. Sudah banyak pindang dimana- mana (baca
: orang). Akhirnya, aku mengantri di salah satu antrian yang cukup panjang. Dengan sangat sabar binti tabah, aku pun duduk
mengantri dan termenung sendiri tanpa seekor
kekasih (ciee jomblo ciee :D).
Setelah cukup lama mengantri dan aku hampir menempati
deretan pertama, tiba- tiba seonggok
manusia dengan begitu pedenya mengucapkan sebuah kata yang sungguh, benar-
benar sangat amat
mematahkan hatiku. “May ... kamu salah antrian. Pendidikan Fisika tuh di antrian nomer 04 ”.
Jedoooorr! Gubraak.. pingsan mendadak -___-
Dengan berat hati, akupun melangkahkan kaki
pergi meninggalkan antrian tadi. Dan kejadian itupun terulang kembali. Aku
salah antrian lagi. Aku jelas- jelas melihat
angka 04 di deretan depan , tapi aku malah duduk di antrian nomor 03. Begitu
Oon nya aku, atau terlalu jeniuskah? Entahlah. Mungkin mataku sudah mulai rabun
( maklum faktor usia-,-) atau mungkin karena mulai lapar (snick*rs mana
snick*rs) dan yang membuatku dongkol
adalah aku sudah antri cukup lama. Di tambah lagi, semua
teman seperjuanganku sudah pulang ke habitatnya masing- masing (baca: kebumen)
dengan senyum mengembang penuh kemenangan diwajah
mereka. Sementara aku, iya aku, [masih]
terdampar di pulau mengerikan ini -__- Jengkel? So pasti. Yang jelas saat itu
aku benar- benar ingin memakan hidup- hidup semua yang ada didepanku (backsong:
Tak Gendong- Mbah Surip| kagak nyambung kalee, oke
lupakan).
Jam menunjukkan angka 15.30 dan aku baru selesai
melakukan perjuangan melelahkan ini. Dengan langkah gontai akupun pulang ke kos
tempat aku menginap. Keesokan harinya, aku memutuskan untuk pulang kerumah. Dan
untungnya aku masih menemukan seekor teman cewek seperjuanganku yang masih
sama- sama terdampar di pulau yang panas ini -,-. Dan akhirnya kami berdua
menikmati suasana dari dalam kereta bak sepasang kekasih yang sedang merenungi
nasibnya.
***
Singkat cerita, ospek berlalu. Waktunya k u l i a h p e r d a n a. Jeng jeng.. cie yang mau
berubah jadi power ranger , eh maksudnya berubah status, dari siswa jadi
Maha-siswa. Yess, masalah buat loe? Haha. Hari pertama. Kuliah pertama. Semua
serba baru. Teman baru. Baju baru. Buku baru. Pacar baru, eh gak ding piss :v.
Tapi kok muka tetep gitu- gitu aja ya? Yo ben, masalah?
Hari pertama, wajib dong berangkat early alias lebih awal
(baca: gasik). Dengan semangat 45 kulangkahkan kaki menuju kampus tercinta.
Sesampainya di kampus aku langsung menuju gedung ungu “Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan”. Setelah di sana, aku tanya temenku. “Lantai berapa?”. “Empat”,
jawabnya. Empaat? Alamaak! Gubrakk .. kalo pakai lift atau eskalator sih
mending, lah ini pake tangga. Ckckck gempor deh nih kaki gajah -_-. Dengan
sangat sangat amat terpaksa, diiringi dengan muka memelas akhirnya ku beranikan
diri menapaki anak tangga satu demi satu. Huaaah.. akhirnya sampai di lantai 4.
Di kelas telah banyak makhluk- makhluk abstrak yang sedang berbincang- bincang
dengan bahasa yang memaksaku diam tanpa kata karena ketidakberdayaanku -_-. Aku
hanya bisa mendengarkannya mengoceh tanpa bisa membalas ocehannya. Yang lebih mengejutkan
lagi, ternyata dosen pengampu makul belum bisa hadir. Gak tau apa, sininya udah
semangat banget, udah melewati berbagai halangan dan rintangan , menghalau
badai, menerjang ombak (Jan bahasane -,-) Rasanya kayak gak di anggep, sakitnya
tuh disini (nunjuk pantat, eh :D). Tapi semua perjuanganku pasti gak akan sia-
sia, semua akan indah pada waktunya. Dan ini akan menjadi awal perjuanganku
untuk esok yang lebih baik J
**End**